Kala Mentari Menyorotkan Sinar Terakhirnya - Hello Goodbye

Kala mentari menyorotkan sinar terakhirnya.

Kita bukan Tuhan yang akan selalu abadi.

Bila sekarang kita sedang terang, belum tentu selamanya terang. Begitu juga sebaliknya.

Mentari bilang selamat tinggal di senja hari, lalu bergantilah sinarnya menjadi remang menyenangkan ala sang Bulan. Kemudian Mentari kembali menyapa riang halo halo apa kabar di pagi harinya.

Kala mentari menyorotkan sinar terakhirnya
Image © Eva d0LLzz

Kecuali.. ketika gerhana matahari total datang menyapa. Gelap, kemana sang mentari? Mengapa daerah itu tak bersinar? Teriknya tertutupi bulan? Apa Raja telah kalah?

Bayangkan, bulan yang notabene jauh lebih kecil dan tidak berarti apa-apa dibanding besarnya singgasana Sang Surya, dalam satu waktu bulan mampu merampas tahta sinar mentari. Dengan perlahan tapi pasti, ia pun mengubah siang terang menjadi malam gelap.

Disitulah poinnya, sebesar dan sekuat apapun kita, tidak menutup kemungkinan bahwa suatu saat nanti akan ada sedikit celah dimana kita harus tunduk pada kekuatan yang di miliki orang lain.

Di ketika yang lain..

Bumi sudah terlalu kering, tandus, dan kegerahan. Pengap mengundang cucuran keringat, mengorek kotoran-kotoran tubuh berbentuk daki, pendingin tak lagi berfungsi dengan maksimal.

Maka, awanlah yang akan menggantikan peran Sang Rembulan. Bukan untuk mencipta gerhana awan atau gerhana langit, tetapi ia hadir untuk membentengi bumi dari angkuhnya terik mentari yang mulai tak kenal kompromi.

Tak lagi ada kepanasan membakar kulit. Dengan mendungnya itu, awan hadir membawa tiupan nafasnya yang sepoi-sepoi.

Walaupun mendung tak berarti hujan, alangkah bagusnya jika menyediakan payung sebelum hujan.

Manalah tahu, hujan sedang bersembunyi dibalik awan sembari menunggu saat yang tepat untuk mengguyurkan air murninya yang penuh harapan.

Tak perlu berbasah-basahan untuk merasakan dinginnya anugerah. Cukup rasakan imbas sejuknya sembari tetap berjaga-jaga. Khawatir pula jika hujan mulai terjangkit mentari yang pernah tak terkontrol itu.

Pabila hujan terus tercurah, laut 'kan pindah menggeser daratan dengan sigapnya. Tak sempat siapkan perahu, akibatnya hanyut terbawa liarnya arus yang tak kenal ampun.

Tak ada ada tujuan pasti dari kelengahan dan kecuaian itu, sulit lagi mencari jalan kembali, hanya bisa pasrah terseret kekerasannya ke jurang bawah. Arah sesat yang menyesati kebaikan, membawanya ke tempat lembab nan terasingkan.

Kala mentari menyorotkan sinar terakhirnya
Image © Eva d0LLzz

Jangan biarkan itu terjadi. Tuhan, tolong jaga kami.

Bila sekarang kami harus terpuruk oleh perbuatan diri sendiri maupun oleh campur tangan orang lain itu, mohon beri kami kekuatan untuk bangkit semula nanti.

Kali ini kami akan diam sesuai dengan maunya mereka, tetapi tolong jangan biarkan kami diam selamanya.

Izinkan kami bersuara lagi, walau tak lagi ditempat yang sama.
Kami akan memulai lagi, walau tak lagi perkara yang sama.

Tuhan, kami janji akan menjadi makhluk ciptaanmu yang tahu adat dan aturan. Sesuai kodrat manusia yang berakal, berhati serta berbudi.

Layaknya Matahari yang bercahaya hangat di siang hari,
Layaknya Bulan yang sentiasa tenang dan elegan di malam hari,
Layaknya Awan yang selalu memamerkan penampakan uniknya di tiap saat,
Layaknya Hujan yang suka berirama merintik-rintik di konser tunggalnya,

Tak mengapa jika Engkau ingin mengirimkan gerhana total-Mu, itu pasti demi menegur kami. Jangan merasa sempurna. Kami akur. Itu bukan bencana, tetapi karunia. Kami tahu Engkau menyayangi kami.

Terima kasih karena Engkau tidak menuntut atau melaporkan kami ketika kami copas, plagiat, dam curi karya besar alam-Mu ini sebagai referensi karya kami pribadi.

Engkau baik sekali Tuhan, ini semua milik-Mu, tetapi Engkau justru suka bila kami memotret, menulis, bahkan melukis objek ciptaan-Mu tanpa membayar royalti berupa Rupiah atau Dollar, apalagi transfer dari e-banking atau e-money.

Tuhan tak butuh itu, kami tahu, makanya kami hanya dapat membayarnya dengan menjaganya. Atau setidaknya mengabadikannya dengan setulus-ikhlasnya.

Kala mentari menyorotkan sinar terakhirnya
Image © Eva d0LLzz

Sengaja kupilih foto senja indah itu. Murni karya Tuhan yang ku curi dan ku pindahkan ke dalam folder pribadiku. Lalu ku perlihatkan pada orang banyak.

Sekali lagi, Tuhan tidak akan marah selama kita paham aturan mainnya. Akan menjadi asli milik kita jika kita tahu cara menjaganya.

Ya, Mentari terakhir sebelum menutup hari, sepertinya imbas dari Gerhana Matahari Total kemarin (?). Karena ku belum pernah melihat sorotan yang begitu di daerah perumahan yang padat ini. Di pantai atau gunung mungkin iya.

Yah, salam terakhir bersama dengan sorotan terakhir dari Sang Mentari. Senja berganti malam, mungkin esok akan mendung, sehingga cahayaku masih akan tersembunyi dibalik awan.

Sampai tiba waktunya aku benar-benar siap tampil kembali. Walau ku tak tahu kapan, tapi ku berharap gairahku akan datang lagi hanya sesudah 'mereka' yang mencoba tuk meredupkan itu sirna dari relung hati yang terluka ini.

Untuk yang ehem, terimakasih karena setia dan selalu percaya padaku. Kalian harus tunggu aku, karena kembaliku nanti hanya untuk kalian. Serius.

S E K I A N

Kala mentari menyorotkan sinar terakhirnya.